Personal Branding Menjadi Modal dalam Pileg

Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah atau yang disingkat sebagai LKPP merupakan badan semi otonom Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia). LKPP didirikan pada Agustus 2011 dan telah beberapa kali mengadakan kajian dan survey, antara lain:

1)      Survey persepsi umat Hindu di Indonesia mengenai Parisada, 2011;

2)      Diskusi persepsi umat Hindu tentang Parisada, 2011;

3)      Survey persepsi terhadap geothermal di Bali, 2012;

4)      Diskusi pro-kontra geothermal di Bali, 2012;

5)      Survey persepsi terhadap Pilgub Bali Tahun 2013;

6)      Personel branding politisi Hindu, 2013.

Dan untuk yang kesekian kalinya Peradah beraksi dalam perihal mengkaji dan meneliti melalui LKPP, Galeri Resto & Cafe adalah tempat yang dipilih oleh Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah dalam melaksanakan Dialog Caleg DPR dan DPD Hindu pada 8 February 2014 kemarin, acara ini dahului dengan pembukaan oleh master of ceremony pada pukul 09.30 dan ditutup dengan ramah taman makan siang bersama pada pukul 13.00. Jika dilihat dari jumlah partai yang akan berkompetisi pada pesta demokratis legislatif  ditahun 2014, dan jumlah politisi yang terlibat pada pesta demokratis tersebut pun sangat banyak. Untuk itu, personal branding menjadi sangat perlu dimiliki dan dipersiapkan serta dibentuk sedini mungkin oleh setiap politisi Hindu yang akan menuju Senayan. Seperti sebuah investasi mulia yang harus dimulai dari hal yang kecil, maka personal branding pun adalah sebuah asset yang harus diciptakan dalam proses dan strategi yang tepat.

Hal ini mengemuka dalam dialog caleg Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah (LKPP) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta hari ini (8/2). Menurut NGAK Kurniasari Ketua Komunikasi Publik LKPP, untuk memperoleh personal branding yang baik pertama-tama yang dibutuhkan adalah “produk” yang baik. “Produk di sini dapat berupa keahlian, attitude, penampilan, cara bicara dan tentu saja yang tidak kalah penting adalah reputasi,” paparnya.

Setelah tercipta produk yang baik, hal penting selanjutnya adalah bagaimana cara mengkomunikasikan reputasi atau produk tersebut kepada masyarakat. Dalam konteks komunikasi membangun reputasi serta pengemasan sebuah “produk” dapat dilakukan seperti menulis artikel di beberapa media massa, menjadi pembicara, mengajar, terlibat dalam organisasi profesi, membangun komunitas, terlibat dalam aktivitas sosial, memiliki online networking atau blog dan sebagainya.

Pada perspektif yang berbeda, pemahaman dan penekanan personal branding adalah bagaimana cara para politisi tersebut mampu “memasarkan diri sendiri”. Untuk itu, ada hal yang harus dilakukan terus-menerus oleh seorang politisi yaitu komunikasi politik (political communications). Komunikasai politik disini dilihat sebagai usaha terus menerus yang dilakukan oleh seorang politisi dalam melakukan komunikasi dialogis dengan masyarakat. “Komunikasi politik tidak hanya terjadi sewaktu periode kampanye politik, melainkan melekat juga pada pemberitaan dan publikasi atas apa saja yang dilakukan oleh seorang politisi yang bersangkutan,” jelasnya dalam dialog ala Indonesia Lawyer Club tersebut.

Acara dialog yang diselenggarakan atas inisiatif Peradah melalui LKPP dan bekerjasama dengan Media Hindu tersebut sebagai sarana untuk membangun tradisi pendidikan politik yang baik bagi warga. Wayan Sudane Ketua Umum Peradah Indonesia menegaskan bahwa acara tersebut sebagai wujud tanggung jawab Peradah untuk turut aktif mengawal proses demokrasi sekaligus menumbuhkan politik yang berprinsip. “Salah satu dari tujuh dosa sosial dari Mahatma Gandhi adalah politik tanpa prinsip. Untuk itu, Peradah mengajak segenap caleg untuk membangun politik yang ber-prinsip sebagai arah dan tata nilai dalam membangun personal branding,” harapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top